Tidak ada anak yang terlahir dengan buku panduan, dan tidak ada satu pun pola asuh yang berlaku universal. Namun, melalui berbagai penelitian psikologi perkembangan, kita mengenal konsep “parenting style” — atau gaya pengasuhan orang tua — yang terbukti berpengaruh besar terhadap kepribadian, emosi, hingga keberhasilan sosial anak di masa depan.
Artikel ini akan membahas jenis-jenis parenting style yang paling dikenal, berdasarkan riset psikologi, dilengkapi pengalaman nyata serta pandangan kontekstual terhadap budaya Indonesia.
Apa Itu Parenting Style?
Parenting style adalah pola umum perilaku orang tua saat membesarkan anak, meliputi pendekatan terhadap disiplin, komunikasi, dukungan emosional, dan kontrol.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Diana Baumrind, seorang psikolog perkembangan, pada tahun 1960-an. Ia mengidentifikasi tiga gaya utama, yang kemudian di kembangkan menjadi empat oleh para peneliti berikutnya.
4 Jenis Parenting Style yang Perlu Di ketahui
1. Authoritative (Demokratis)
-
Ciri: Tegas namun suportif. Orang tua menetapkan aturan jelas namun tetap terbuka berdiskusi.
-
Contoh: Anak di ajak bicara saat berbuat salah, bukan langsung di marahi.
-
Dampak: Anak cenderung mandiri, percaya diri, dan punya kontrol diri yang baik.
-
💬 Pengalaman: Banyak klien saya dalam program parenting merasa transformasi nyata saat mereka mulai mendengarkan anak alih-alih sekadar memerintah.
2. Authoritarian (Otoriter)
-
Ciri: Disiplin ketat, komunikasi satu arah, hukuman lebih dominan daripada pemahaman.
-
Contoh: Anak di larang main tanpa penjelasan; yang penting “ikut kata orang tua”.
-
Dampak: Anak mungkin patuh, tapi kerap merasa cemas, tidak percaya diri, atau membangkang secara diam-diam.
3. Permissive (Memanjakan)
-
Ciri: Terlalu longgar, jarang memberi batasan, ingin menjadi “teman” bukan orang tua.
-
Contoh: Anak boleh tidur larut, tidak di kenai tanggung jawab, di biarkan makan sesuka hati.
-
Dampak: Anak cenderung sulit mengontrol diri, kurang disiplin, dan kurang tangguh menghadapi tekanan.
4. Neglectful (Abai)
-
Ciri: Minim perhatian, komunikasi hampir tidak ada, tidak terlibat dalam kehidupan anak.
-
Contoh: Anak tumbuh tanpa bimbingan jelas, merasa tidak penting bagi orang tuanya.
-
Dampak: Risiko tinggi terhadap gangguan emosi, kenakalan remaja, dan pencarian identitas ekstrem.
Bagaimana Memilih Parenting Style yang Tepat?
Tidak ada gaya yang sempurna. Parenting adalah adaptasi berkelanjutan. Yang terbaik adalah gaya yang selaras dengan kebutuhan anak dan nilai keluarga, namun tetap berlandaskan kasih sayang dan batasan sehat.
Berikut panduan dari pengalaman saya pribadi dan wawancara dengan puluhan keluarga di program bimbingan:
-
Kombinasikan antara kedisiplinan dan empati.
-
Hindari gaya ekstrem (terlalu keras atau terlalu longgar).
-
Sesuaikan pendekatan dengan tahap usia dan karakter anak.
-
Tumbuh bersama anak, bukan merasa harus selalu lebih tahu.
Baca juga : Penjelasan Soal Parenting Membangun Pola Asuh yang Relevan di Era Modern
Konteks Budaya: Apakah Gaya Asuh Barat Cocok untuk Keluarga Indonesia?
Pertanyaan ini sering muncul. Tidak semua konsep parenting Barat bisa langsung di terapkan di Indonesia, terutama jika tidak di sesuaikan dengan nilai kekeluargaan dan norma sosial lokal. Namun, esensi seperti membangun komunikasi terbuka, menghargai emosi anak, dan menjadi teladan yang konsisten tetap relevan lintas budaya.
Penutup: Gaya Asuh adalah Cerminan Diri
Parenting bukan tentang menunjukkan siapa yang berkuasa, melainkan bagaimana kita mendampingi manusia kecil tumbuh menjadi versi terbaiknya. Gaya pengasuhan bukan hanya memengaruhi anak — ia juga membentuk siapa kita sebagai orang tua.
“Anak bukan kertas kosong. Ia adalah benih, dan kita adalah tukang kebun. Tugas kita bukan mengontrol bagaimana ia tumbuh, tapi memastikan ia tumbuh dalam tanah yang subur.”